AFFANDI ISMAIL HASAN KETUA UMUM PB HMI HADIRI TALKSHOW AKHIR TAHUN
AFFANDI ISMAIL HASAN KETUA UMUM PB HMI HADIRI TALKSHOW AKHIR TAHUN Jakarta, 30 Desember 2022 - Pimpinan Pusat Majelis Pemuda Islam Indonesia menggelar Talkshow "Menyongsong Tahun Politik Yang Damai Dan Mencerdaskan". Bertempat di Leisure Inn Arion Hotel Jakarta pada hari Jumat, 30 Desember 2022.
Hadir pada acara tersebut Keynote Speaker : Prof. Dr.KH. Noor Achmad MA (Ketua MUI Pusat) NaraSumber : KH. Arif Fahrudin MA (Tim Politik Kebangsaan MUI), Nyarwi Ahmad Ph.D (Direktur Eksekutif) Dr. Hendri Satrio (Pakar Komunikasi Politik), Dr. Dade Rubai Misbahul Alam M.Pd.I (Ketua Umum Pemuda DDII), Wisdan Fauran Lubis (Ketua Umum Pemuda AI Washliyah), Ahmad Nawawi (Ketua Umum Gema Mathlaul Anwar), Affandi Ismail Hasan (Ketua Umum HMI), Masri Ikoni (Ketua Umum GPII), Chairul Lutfi S.Hi, SH,MH, C Mod (Wasekjen MPII).
Dalam wawancaranya dengan Affandi Ismail Hasan sebagai Ketum PB HMI, menjelaskan "jadi yang pertama yang ingin saya sampaikan bahwa kegiatan talkshow diskusi seminar semacam ini penting, terus-menerus sesering mungkin digalakkan. Karena ini adalah kegiatan yang sangat positif terutama berkaitan dengan upaya kita semuanya kita-kita anak muda ini yang punya perhatian terhadap situasi politik nasional. Agar supaya pemilu kedepan khususnya Pilpres 2024 menjadi Pilpres yang benar-benar memberikan rasa damai, mencerdaskan, yang paling penting benar-benar kita berpesta demokrasi. Sehingga kalau dari perspektif saya bahwa ini adalah tugas kita semuanya seluruh elemen rakyat Indonesia.
Memang yang paling penting adalah menurut saya adalah para elit politik terutama agar bagaimana mereka harus punya kesadaran kolektif untuk menyudahi upaya-upaya yang sebenarnya kita semua bisa membaca bahwa polarisasi kemudian politik identitas yang tadi kita sama-sama sudah dengar. Bahwa kita punya komitmen bersama untuk menyudahi itu. Ini tidak bisa berjalan dengan baik kalau tidak dimulai dari kalangan elit politiknya sendiri.
Kita sudahi politik identitas karena itu bagi saya narasi yang sebenarnya narasi yang sudah basi. Yang tadi diutarakan bahwa ini kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk kepentingan kekuasaan semata. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa rakyat, individu, masyarakat punya pilihan yang beragam. Warna identitasnya terserah saja yang penting tadi yang menarik disampaikan bahwa politik gagasan atau ide itu yang paling penting menurut saya harus dikampanyekan. Kenapa situasinya seperti ini, karena menurut saya bahwa oligarki masih berkuasa sehingga kemudian mengintervensi ruang-ruang politik Indonesia yang pada akhirnya money politic terjadi politik transaksional dan sebagainya mari kita sudahi.
Kita mengapresiasi bahwa ada politik gagasan itu yang harus digalakkan kedepan.
Dalam Wawancara kepada media salah satu narasumber Dr. Hendri Satrio Pakar Komunikasi Politik mengatakan Sebetulnya kan setiap pemilu juga damai dan seharusnya juga bisa diulang lagi artinya memang kebebasan berdemokrasi itu harusnya diterapkan, Kedepannya harusnya tidak ada lagi threshold sehingga setiap orang bisa jadi calon presiden sesusai UUD 1945. Kalau tentang bagaimana damai itu dilaksanakan pada saat pemilu itu jujur dan adil pasti akan damai, jadi semua tergantung dari KPU, Bawaslu, DKPP, " ujarnya.
Terkait Capres Star duluan Dr. Hendri Satrio menjelaskan, Belum diputuskan oleh KPU Capresnya, proses pendaftaran belum, jadi kalau menurut saya siapa aja boleh promosi ya, yang paling penting itu promosinya tidak pakai uang negara gitu aja," ucapnya.
Lebih lanjut Dr. Hendri Satrio mengatakan, Kalau nanti sudah ditetapkan oleh KPU, dia harus mengikuti jadwalnya KPU, Makanya Bawaslu kan bilang secara etika tidak boleh, tapi kalau boleh ya boleh aja. Harapnnya Menurut saya Umat Islam lebih solid menjaga Indonesia supaya lebih bisa maju dari sekarang. Politik Identitas itu pasti akan terjadi, yang tidak boleh dalam politik identitas itu adalah reward dan panisment, jadi bukan tidak masalah, masalah kalau kemudian diselewengkan dan ada sistem rewardnya dan panisment itu dalam politik identitas, misalnya pilih si B kalau pilih si B masuk surga kalau tidak pilih masuk neraka, nah itu tidak boleh," tutup Dr. Hendri Satrio mengakhiri wawancaranya.
Komentar
Posting Komentar