Tiktok Atum S.H Dibanjiri Warga Dukung Prof. Yusril Cawapres
Atum S.H beberapa kali memviralkan video soal Prof. Yusril dan hasilnya dibanjiri dukungan pada Prof. Yusril cawapres 2024. Hal ini menurutnya karena kondisi hari ini elite dan rakyat sudah sama - sama menjerit dengan kondisi hampir limbung begini, NKRI butuh Cawapres yang cekatan. Dari sebuah postingan yang menghasilkan view ratusan ribu misalkan menghasilkan deretan komentar dukungan Netizen pada Prof. Yusril, bukan hanya dukungan tapi juga berbagai aspirasi kepada Prof. Yusril yang merupakan pemimpin asli dan benar-benar mampu memimpin, di PBB dia berhasil menjaga eksistensi PBB melebihi umur Masyumi, dia juga berhasil membawa PBB kembali ke Kabinet. Di luar PBB, dia berhasil menjaga transisi bangsa begitu banyak sejak era Soeharto hingga Jokowi.
Anda perhatikan saja dia benar-benar tampilannya murni. Lihatlah saat dia di foto saat di stasiun. Mimik wajahnya serius dan itupun bukan karena foto yang didesain ada di stasiun tapi memang mau berangkat ke acara UI menemui para Alumni dan Mahasiswa UI. Dia benar-benar nyata apa yang ada dihidupnya ditampilkan apa adanya di media
Pemimpin apa adanya dan memiliki leadership kuat ini membuat gelombang kerinduan membesar dan acapkali berita soal Prof. Yusril viral di akun tiktok Atum. S.H. ya Tiktok menjadi salah satu akun medsos yang memotret kerinduan itu.
Dukungan pada sosok Cawapres Prof. Yusril pun bersahutan mulai pengusaha muda, purnawirnawan TNI, Cendikiawan, Organisasi Mahasiswa dan lain-lain
Berikut dibawah salah satu tulisan tentang Prof. Yusril :
Judul : Prof. Yusril Ihza Mahendra, Pemimpin Otentik, Bukan Branding Media Pencitraan Penghipnotis Rakyat
Oleh : Abdullah Amas
(Direktur Eksekutif ATUM Institute)
Prof. Yusril Ihza Mahendra, Pemimpin Otentik, Bukan Branding Media Pencitraan Penghipnotis Rakyat
ANDA Pernah lihat Prof. Yusril menyapu sendiri rumahnya? TENTU itu bukan foto dari lembaga konsultan media buat pencitraan tapi foto diam-diam seorang Kader biasa PBB yang main ke rumah Ketum.
Prof. Yusril pun merasakan bagaimana pemimpin hasil pencitraan cuma melahirkan kepemimpinan yang tergopoh-gopoh. Lihatlah bagaimana saat SBY hadir dengan hasil rekayasa media, tiba – tiba dia agak kebingungan pada tugasnya misal minta visi misi calon menteri lalu Prof. Yusril meluruskan dalam fit and proper test tak ada visi menteri tentunya karena semua menteri ikut visi Presiden.
Itu sebabnya Prof. Yusril akhirnya ‘kepaksa’ saat Pilgub DKI rakyat menuntut harus pemimpin sadar kamera, dia akhirnya rela dilihat kamera jalan-jalan ke Pasar padahal kalau di kampungnya jauh dari kamera dia biasa bercengkrama di kampung nelayan dan seterusnya itu jauh sekali dari pencitraan media.
Bagi saya Prof. Yusril ini terlalu lugu dalam dunia pencitraan dan seterusnya, posting santai pun kadang mimiknya tetap serius. Ya dia sadar bagaimanapun dunia medsos banyak segmen orang santai namun tetap saja dia tak bisa diatur untuk pencitraan. Wajahnya tetap serius, benar-benar tanpa pasukan ‘film pencitraan’. Mungkin kalau SBY layak dapat ‘Piala Citra’ tapi kalau Prof. Yusril ini layak dapat Piala ‘Serius’. Prof. Yusril sebetulnya wajahnya kelihatan sedikit pucat kalau disuruh hal-hal seperti itu meskipun dia adalah bintang Film Cengho dulu, toh dia hanya ganti karakter ketika memang di dunia film yang menuntut itu. Dia sama sekali tak menganggap Politik dunia orang akting. Itu kadang kita pusing tujuh keliling kalau dia maju jadi cawapres, bagaimana buat iklan sedangkan kita tahu dia suka keaslian selalu. Anda pernah melihat di media Prof. Yusril nyetir sendiri ya memang begitu aslinya dia keseharian.
Bagi Prof. Yusril mungkin menurut saya dia menganggap kualitas barang harus lebih bagus daripada kualitas promosi. Inilah yang membuat Prof. Yusril terlihat geram lebih banyak politisi hari ini berorientasi pada marketing daripada hasil otentik, lebih banyak mentalitas pelawak daripada yang ‘beresin’ masalah rakyat, lebih banyak pemimpin hasil bentuk kasihan dan kekaguman rakyat daripada bentukan dari ormas atau organisasi militer.
Itu sebabnya Prof. Yusril pun di partainya mengangkat orang-orang yang berproses dari perjalanan penuh tantangan seperti Afriansyah Noor yang berproses melalui brigade Hizbullah dan terus naik, ya pemimpin hasil pencitraan adalah pemimpin yang buas di awal lalu jadi kucing kecil di akhir, ada partai baru muncul lalu memimpin tiba-tiba sekarang nyaris hilang dan narasinya cuma jualan anaknya yang jadi ketum partai hasil hadiah bapaknya.
Dulu PBB iklan di Pemilu 2004 juga Prof. Yusril ketika menemui rakyat kecil tetap berpakaian biasa tak menampakkan diri dengan pakaian petani dan lainnya. Dia mengajak bangsa ini keluar dari dunia ‘sinetron’ atau terus menerus membuai sisi mudah kasihan atau emosional pemilih. Sudah waktunya pada tahapan sejarah ini zaman besar memilih pemimpin otentik dan kita panggil mereka. “Kepada Bung Prabowo dan Bung Prof. Yusril, bicaralah di panggung indonesia untuk menggalang bangsa-bangsa di dunia, dulu bangsa ini melahirkan Soekarno-Hatta maka tentu harusnya mudah melahirkan seperti mereka kembali atau kita terus menerus mau jadi bangsa penyuka drama lalu tenggelam bersama karena kita jadi bangsa yang suka menipu diri sendiri dengan memilih pemimpin yang menyihir kita dengan pencitraan ‘si buyung’ merakyat atau si buyung patut dikasihani karena sedang dalam sinetron penjegalan.
Tak cukupkah kita memberikan pilihan pada mereka-mereka pemimpin hasil drama lalu satu persatu jatuh karena kualitas kerja mereka jauh dibawah kualitas drama mereka atau dalam dunia jual beli, mereka ibarat kualitas barang jauh dibawah kualitas promosi.
Komentar
Posting Komentar